Sederhana saja. Suami dan istri membuat kesepakatan terkait aktivitas yang akan digeluti masing-masing, seperti bidang profesi, pilihan instansi, jenis juga tempat bekerja, lahan beramal, afiliasi organisasi dan lain sebagainya.
Hal-hal yang akan sangat menyibukkan dan menyita waktu, tenaga, dan perhatian suami serta istri. Apakah itu terkait bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pemerintahan, pendidikan, kemasyarakatan, atau apa saja. Kesemuanya itu penting untuk dijadikan kesepakatan bersama. Suami bekerja mencari nafkah, berkegiatan sosial, berkegiatan di berbagai bidang kehidupan, demikian pula istri. Di mana mereka bekerja, pada bidang dan lembaga apa mereka mengabdikan potensi, menjadi penting untuk disepakati agar masing-masing bisa saling membantu dalam meraih prestasi terbaik. Ketika kesepakatan sudah terwujud, sudah selayaknya suami dan istri saling memahami konsekuensi aktivitas pasangannya dan saling menguatkan.
Jangan pernah mengabaikan kebaikan rumah ketika suami dan istri asyik melakukan aktivitas di luar rumah. Anak-anak adalah aset yang sangat berharga dan harus menjadi prioritas untuk mendapat perhatian serta curahan kasih sayang. Artinya, apa pun pilihan aktivitas suami dan istri, tetap memiliki perhatian dan konsentrasi membina keluarga yang harmonis, selain mendidik anak-anak menjadi salih dan cerdas sehingga semua berjalan seimbang. Maka apa pun pilihan format prestasi, harus dihormati, selama tidak menyebabkan telantarnya pendidikan dan perhatian terhadap anak-anak, juga tidak menyebabkan lunturnya keharmonisan hubungan dengan pasangan. Ketika suami dan istri membuat kesepakatan berbagi, di mana suami saja yang mencari nafkah dan istri konsentrasi mengurus anak-anak di rumah, itu adalah sebuah pilihan penuh kesadaran yang harus dihormati.
Baca juga : haid-dan-nifas
Dalam format kesepakatan seperti ini, salah satu titik prestasi suami adalah pada kemampuan menghasilkan nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Suami memerlukan dukungan istri untuk bisa bekerja secara optimal dan menghasilkan produktivitas yang nyata. Sedangkan salah satu titik prestasi istri adalah pada kemampuan mengelola urusan rumah tangga dan mengawal pendidikan anak. Istri memerlukan dukungan untulk bisa menjadi ibu rumah tangga yang berprestasi dan menghasilkan produktivitas tinggi. Ketika suami dan istri bersepakat kedua belah pihak bekerja mencari nafkah untuk keluarga, aktif dalam kegiatan organisasi, dan bersedia berbagi konsentrasi untuk mengelola urusan keluarga serta anak-anak, itu pun pilihan sadar yang harus dihormati. Titik prestasi pada format kesepakatan seperti ini tentu berbeda lagi. Suami dan istri harus memiliki prestasi di tempat bekerja, di organisasi, dan di dalam rumah. Di lembaga tempatnya bekerja, ada ukuran prestasi, di organisasi tempatnya mengabdi ada ukuran prestasi, demikian pula dalam membangun kebaikan rumah tangga, memiliki ukuran prestasi. Format inilah yang harus disepakati terlebih dahulu oleh suami dan istri. Bukan berjalan sendiri-sendiri menuruti kata hati, bahkan bersaing dalam karier di tempat bekerja maupun di organisasi sehingga saling ingin mengungguli dan ingin mengalahkan pasangannya. Suasana persaingan tidak sehat seperti itu justru akan menyebabkan hilangnya harmoni antara suami dan istri.
Sumber : Buku berjudul Wonderful Husband menjadi suami disayang istri